Harta, Tahta, dan Wanita

 


Harta, Tahta, dan Wanita
(Oleh Sang Pengelana Jiwa)

Di balik cakrawala yang senantiasa membentang,
Ada cerita tentang tiga hal yang mengguncang:
Harta yang bersinar bagai emas mentari,
Tahta yang berdiri megah, puncak ilusi abadi,
Dan wanita, misteri yang tak pernah mati.

Harta
Apa itu harta, selain benda fana?
Perhiasan dunia, kilauan semu yang menggoda.
Emas, perak, dan berlian serupa mimpi,
Tapi apakah ia membawa sejati bahagia dalam hati?

Harta, kau bagai air laut yang asin,
Semakin diminum, haus tak terhenti.
Berapa istana, berapa tanah yang harus kupijak,
Agar lubang di hati ini berhenti meretak?

Namun, manusia terus mengejarmu tanpa jeda,
Melupakan bahwa tubuh hanya setumpuk daging dan nyawa.
Kita lahir telanjang, tak membawa apa,
Dan pada akhirnya, pulang pun sama.

Tahta
Lalu tentang tahta, mahkota kekuasaan,
Yang sering disebut takdir para pemberani dan kesatria zaman.
Namun, tahukah kau bahwa tahta tak selalu suci?
Ia bisa menjadi pedang bermata dua yang tajam menusuk hati.

Di atas singgasana, angin dingin berembus,
Raja-raja menangis dalam kebisuan yang terus.
Tahta, yang kau anggap puncak tertinggi,
Adalah puncak kesendirian, hilangnya kasih sejati.

Apalah arti kuasa tanpa rasa?
Apakah gunanya memerintah bila hatimu hampa?
Sejarah menuliskan dengan tinta darah,
Bahwa tahta sering jadi alasan manusia terpecah.

Wanita
Dan wanita, oh, keindahan semesta,
Bagai bulan purnama, cahayanya memesona.
Namun, mereka lebih dari sekadar paras,
Di balik senyum, ada jiwa yang bebas.

Wanita, kau bagaikan puisi tak berakhir,
Sumber kehidupan, cinta yang mengalir.
Namun, berapa banyak yang menjadikanmu barang,
Melupakan hatimu, menjadikanmu bayang?

Ada yang mencarimu untuk mengisi kehampaan,
Ada pula yang menggunamu sebagai jalan kemenangan.
Tapi kau tetap berdiri, kuat dalam badai,
Membawa harapan, meski kadang kau terkhianati tangan yang lalai.

Harta, Tahta, dan Wanita
Ketiganya adalah cermin manusia,
Mereka bisa memuliakan, tapi juga menghancurkan jiwa.
Yang mencari harta tanpa tujuan,
Hanya akan menemukan kehampaan.

Yang mengejar tahta demi nafsu berkuasa,
Akan terjebak dalam lingkaran derita.
Dan yang mempermainkan wanita tanpa cinta,
Akan kehilangan makna sejati dalam hidupnya.

Renungan
Harta, tahta, dan wanita—tiga hal duniawi,
Bisa menjadi anugerah, bisa menjadi petaka abadi.
Tapi jika kau melihat mereka dengan hati yang murni,
Mereka hanyalah alat untuk mencari arti.

Gunakan harta untuk kebaikan,
Jadikan tahta sebagai alat pelayan.
Dan hargai wanita sebagai teman setara,
Bukan hanya sosok indah yang sekadar dipuja.

Maka, wahai manusia yang penuh ambisi,
Ingatlah bahwa dunia ini hanya ilusi.
Pada akhirnya, semua akan kembali,
Yang tertinggal hanyalah jejak cinta sejati.

Comments